Akademia Makassar, Tim Peneliti Internasional menemukan DNA Denisovan pada kerangka manusia purba di situs pra sejarah Leang Paningnge, Kecamatan Mallawa, Kabupaten Maros.

Hal tersebut, disampaikan langsung oleh sang peneliti, Dekan Fakultas Ilmu Budaya Univeristas Hasanuddin (Unhas), Prof Akin Duli pada Konferensi pers melalui aplikasi Zoom, Selasa (31/08).

Penelitian yang mengubah sejarah evolusi manusia ini juga memperoleh atensi global setelah artikel ilmiahnya termuat pada jurnal akademik paling prestisius, Nature, edisi 25 Agustus 2021.

Prof Akin Duli mengatakan kerangka berumur 7.200 tahun itu pertama kali itu ditemukan pada Juli 2015. Saat itu dilakukan ekskavasi atau penggalian arkeologi dengan menentukan dua kotak atau titik.

Berdasarkan identifikasi awal, kerangka ini memperlihatkan ciri-ciri perempuan muda. Hasil temuan kerangka tersebut selanjutnya diberi nama “Besse” yang berarti perempuan.

Sayangnya, karena prosedural, dan tidak siapnya peralatan, pengangkatan kerangka tersebut belum dilakukan pada saat Akhirnya, tim peneliti menutup kembali temuan tersebut sesuai dengan prosedur ilmiah.

Pada Tahun 2017, atas biaya dari Unhas kemudian kerangka ini diangkat. Namun, meski kerangka tersebut berhasil diangkat, masalah identifikasi lebih dalam kembali terkendala. Pasalnya, di Makassar belum memiliki laboratorium memadai dan butuh anggaran besar melakukan analisis untuk mengidentifikasi umur, jenis kelamin, hingga penyebab kematiannya.

Pada tahun 2018, akhirnya Griffith University Australia tertarik atas penemuan kerangka tersebut. Akin Duli mengungkapkan Griffith University menganggap kerangka tersebut sebagai penemuan terbaik.Hampir satu tahun berselang, berdasarkan hasil analisis DNA diketahui bahwa kerangka tersebut berumur 7.200 tahun. Meski demikian, penyebab kematian manusia purba tersebut belum bisa diungkap.

Akin Duli menambahkan penemuan kerangka tersebut bisa menjadi jawaban atas temuan lukisan hewan, telapak tangan diperkirakan berusia 45.500 tahun berada Leang Tedongnge, Kabupaten Maros.

Berdasarkan segi DNA, kerangka tersebut merupakan nenek moyang atau kerabat dari Ras Papua dan Aborigin di Australia. Selain itu, DNA kerangka tersebut juga ditemukan DNA Ras Denisovan.

Meski butuh penelitian lebih dalam, kata Akin Duli, tetapi teori menunjukkan bahwa nenek moyang dari bangsa melanesoid dan Denisovan asalnya dari Afrika yang melakukan migrasi ke berbagai belahan dunia.

Sementara itu, Tim peneliti Departemen Arkeologi Unhas, Iwan Sumantri mengaku dengan adanya penemuan kerangka berusia 7.200 tahun tersebut, bisa membuka peluang penelitian lebih luas lagi. Berdasarkan DNA kerangka tersebut, kata Iwan, menunjukkan bahwa masa lampau Indonesia dihuni oleh bermacam ras.

Iwan menambahkan penemuan kerangka berusia 7.200 tahun tersebut bisa menjadi harapan untuk menjawab siapa pembuat lukisan purba di gowa yang ada di Sulsel.

Dia menambahkan, secara garis besar, wilayah Wallacea sangat penting karena banyak fenomena biologis yang ditemukan. Di Sulsel, misalnya, pihaknya tidak pernah menyangka bahwa gajah pernah di hidup, mulai dari gajah purba dan jenis gajah lainnya, termasuk dua jenis anoa.

Sekadar diketahui, Denisovan dianggap sebagai nenek moyang leluhur misterius manusia. Ras Denisovan berkembang di Siberia dan menyebar. Kerabat dekatnya dari pohon genetik adalah manusia Neanderthal yang berkembang di wilayah Eropa.

(ebsfmunhas/Ifa)