Slide-1-FEB-1024x575 Polemik Nilai dan Etika Akademik di FEB Unhas, Mahasiswa Angkat Suara!
sumber: dokumentasipribadiebsfmunhas

Makassar, EBS FM Unhas — Insiden yang mencoreng etika akademik kembali terjadi di Universitas Hasanuddin (Unhas). Seorang mahasiswa FEB yang juga merupakan reporter Lembaga Pers Mahasiswa Media Ekonomi Universitas Hasanuddin (LPM Medkom Unhas) mengalami perlakuan tidak menyenangkan saat mengusut kasus nilai eror pada mahasiswa yang mendapatkan mata kuliah Perekonomian Indonesia kelas B. Kejadian ini terjadi pada Selasa (29/7).

Nilai eror tersebut diduga bermasalah karena mahasiswa tidak membayar biaya pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dari kelompok lain yang mengikuti lomba eksternal sebagai bagian dari tugas akhir.

Situasi ini menimbulkan keresahan. Mereka menilai kebijakan dosen pengampu mata kuliah telah melampaui batas kewenangan dengan mengaitkan penilaian akademik pada keberhasilan lomba serta kontribusi finansial yang tidak transparan sejak awal.

Dilansir dari LPM Medkom Unhas, reporter mencoba menghubungi dosen (AM) yang bersangkutan melalui pesan WhatsApp, namun tidak mendapat balasan. Sementara itu, Kepala Departemen Ilmu Ekonomi, Dr. Sabir, menyatakan telah berkoordinasi dengan dekanat dan menyiapkan solusi seperti pembukaan kelas tambahan apabila nilai tidak segera diperbaiki.

Reporter LPM Medkom Unhas juga mendatangi Dekan FEB Unhas, Prof. Dr. Abdul Rahman Kadir, S.E., M.Si., untuk meminta keterangan. Ia menjelaskan bahwa permasalahan nilai sudah ditangani oleh pihak akademik rektorat dan bukan lagi di bawah kewenangan dekanat. Ia mengaku telah menegur dosen (AM) terkait kebijakan yang dianggap tidak logis. Mengenai perubahan nilai mahasiswa, ia menyarankan untuk mengonfirmasi langsung ke Kepala Subbagian Akademik.

Ketika reporter menanyakan kemungkinan sanksi bagi dosen yang bersangkutan, dekan justru menolak menjawab, kemudian membentak dan mengusir reporter dari ruangannya. Ia juga melontarkan ancaman akan membawa persoalan ini ke ranah hukum jika berita yang ditulis dianggap mencemarkan nama baik.

Kemarahan dekan tidak berhenti di situ. Ia mendatangi kantin FEB untuk mencari reporter yang telah meninggalkan ruangannya. Di hadapan sejumlah staf dan dosen, ia kembali melontarkan makian, mempertanyakan legalitas tim pers mahasiswa, bahkan mengancam akan membawa mahasiswa tersebut ke pengadilan.

“Pokoknya kau tulis macam-macam, akan saya tuntutko di pengadilan dengan pencemaran nama baik,” ucapnya, disusul dengan umpatan kasar lainnya.

Meski begitu, nilai mahasiswa yang sebelumnya bermasalah kini telah berubah. Salah satu mahasiswa menyampaikan bahwa nilainya secara tiba-tiba berubah menjadi A– tanpa penjelasan langsung dari dosen. Informasi tersebut disebut berasal dari ketua kelas, yang mengabarkan bahwa dosen telah menyurati rektorat untuk memproses perubahan nilai tersebut.

Insiden ini turut menjadi sorotan beberapa mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) yang kami wawancarai pada Kamis (31/7). Salah satu mahasiswa Akuntansi angkatan 2024, yang kami samarkan dengan inisial CY, mengungkapkan bahwa kemungkinan terdapat miskomunikasi saat kejadian berlangsung yang menyebabkan dekan bersikap emosional. Meski begitu, ia tetap tidak membenarkan tindakan tersebut.

“Menurut saya, mungkin ada miskomunikasi atau kesalahan penyampaian dari pihak reporter saat wawancara. Namun, dekan seharusnya tidak boleh mengancam mahasiswa secara verbal,” ujarnya.

Pendapat lain disampaikan oleh Rahimin (nama samaran), seorang mahasiswa Manajemen 2023 yang menyoroti pentingnya transparansi dari dosen terkait Rencana Pembelajaran Semester (RPS) sejak awal perkuliahan. Ia menilai bahwa kurangnya kejelasan mengenai RPS menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya kesalahpahaman yang seharusnya dapat diminimalkan sejak dini.

Yanto (nama samaran), mahasiswa Manajemen angkatan 2023, menilai bahwa dekan seharusnya menjadi contoh yang baik bagi mahasiswa. Namun, menurutnya, dekan justru menunjukkan sikap yang cenderung problematik terhadap isu-isu kritis yang disuarakan oleh LPM Medkom Unhas. Ia menduga dekan merasa terganggu dengan pemberitaan tersebut karena menganggapnya mencemarkan nama baik fakultas. Padahal, menurut Yanto, apa yang diangkat oleh LPM Medkom Unhas merupakan persoalan nyata yang memang dikritisi oleh mahasiswa.

“Menurut saya, dekan seharusnya menjadi contoh bagi mahasiswa sebagai pimpinan fakultas, bukan justru menunjukkan yang sebaliknya. Dan kejadian dosen seperti ini tidak hanya satu saja, cuma baru ini yang terungkap,” ujar Yanto (nama samaran).

Hingga berita ini ditulis, belum ada klarifikasi resmi yang disampaikan, baik dari pihak fakultas maupun rektorat.

Muhammad Ghiyas Gaspah