slide-1-Festival-tikom-1024x683 Empat Hari Bersama Festival Titik Koma, Menyelami Kesehatan Mental dari Berbagai Perspektif
sumber: dokumentasipribadi

Makassar, EBS FM Unhas — Pusat Disabilitas Universitas Hasanuddin sukses menggelar Festival Titik Koma dengan mengangkat tema “Kesehatan Mental Itu Hak Setiap Manusia.” Festival ini berlangsung selama empat hari, Selasa–Jumat (7–10/10), di Lagoon View Unhas Hotel and Convention serta Aula LPPM Universitas Hasanuddin.

Festival ini merupakan salah satu bentuk peringatan Hari Kesehatan Mental. Tidak hanya sebagai perayaan, kegiatan ini juga bertujuan untuk menyadarkan masyarakat bahwa kesehatan mental merupakan hal yang penting dan menjadi hak setiap manusia.

Rangkaian kegiatan diisi dengan berbagai agenda menarik. Mulai dari dongeng yang memberikan pemahaman tentang kesehatan mental sejak usia dini, art therapy yang menampilkan sisi kreatif dalam memahami isu mental melalui karya foto, hingga terapi puisi yang menjadi wadah untuk menyalurkan emosi melalui karya sastra.

Selain itu, terdapat sesi edukasi bersama psikolog yang membahas kesehatan mental dari sisi psikologi, ahli gizi yang menjelaskan kaitan antara asupan gizi dan kesehatan mental, serta pembicara dari tokoh agama, ustaz dan pendeta, yang menyampaikan pandangan spiritual terkait kesejahteraan mental.

Dengan adanya Festival Titik Koma ini, diharapkan seluruh masyarakat semakin sadar akan pentingnya kesehatan mental dan memahami bahwa kesehatan mental dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, mulai dari psikologi, agama, gizi, seni, dan banyak aspek lainnya.

Ketua Panitia Festival Titik Koma, Muh. Dedy Sasmita, S.H., menjelaskan bahwa alasan dilibatkannya banyak pihak adalah karena setiap aspek kehidupan memiliki keterkaitan dengan kesehatan mental. Oleh sebab itu, kegiatan ini menghadirkan beragam narasumber, tidak hanya dari kalangan psikolog, tetapi juga dari berbagai bidang lain yang turut berperan dalam menjaga keseimbangan mental manusia.

“Semua yang ada di dunia ini memiliki kaitan dengan kesehatan mental. Itulah alasan mengapa tidak hanya psikolog yang dilibatkan dalam kegiatan ini, agar kita bisa melihat kesehatan mental dari sudut pandang yang berbeda,” ujarnya.

Muhammad Ghiyas Gaspah