slide-1-kww Imbas Perang Dagang, Produsen China Klaim Produksi Tas Bermerek!

Makassar, EBS FM Unhas — Perang dagang antara Amerika dan China telah memicu polemik baru, yakni banyak produsen China mengklaim bahwa tas-tas bermerek yang dibeli oleh masyarakat ternyata diproduksi di China. Klaim ini menimbulkan pertanyaan tentang keaslian serta nilai sebenarnya dari produk-produk bermerek yang dijual dengan harga premium.

Sebuah video TikTok yang viral turut memicu perdebatan, dengan menyebut bahwa sekitar 80% tas bermerek diproduksi di China dengan biaya produksi yang jauh lebih murah dibandingkan harga jualnya.

Pernyataan ini tentu saja mengundang banyak komentar dari masyarakat, salah satunya dari ekonom Universitas Gadjah Mada, Eddy Junarsin, Ph.D., CFP, yang menjelaskan bahwa produksi tas mewah memiliki level tersendiri.

“Tas-tas mewah itu (punya) banyak level untuk merek berbeda. Yang level tertinggi tentu tidak dibuat di China, tetapi di negara masing-masing. Misalnya, Hermès, Chanel, Louis Vuitton. Kalau yang level tertinggi tidak begitu. Kalau level kedua dan seterusnya, baru ada yang diproduksi di negara-negara bukan asalnya,” ujarnya, dikutip dari detik.com, Selasa (15/4/2025).

Contoh yang diangkat adalah tas Hermès Birkin, yang dikenal menggunakan bahan-bahan berkualitas tinggi. Namun, jika diakumulasikan, biaya produksinya hanya sekitar 23,5 juta rupiah (setara $1.400 USD). Setelah diberi label mewah dan dipasarkan dengan merek Hermès, harganya melonjak menjadi sekitar 640 juta rupiah. Ini menunjukkan bahwa nilai tas tersebut meningkat lebih dari 25 kali lipat setelah diberi label mewah dan dijual sebagai produk merek terkenal.

Muhammad Ghiyas Gaspah