
Makassar, EBS FM Unhas — Program Desa Energi Berdikari (DEB) yang dijalankan oleh awardee Beasiswa Sobat Bumi Universitas Hasanuddin merupakan bagian dari pengabdian masyarakat yang diinisiasi oleh Pertamina Foundation. Upaya ini hadir untuk mendorong kemandirian energi dan memperkuat ketahanan lingkungan melalui penerapan energi terbarukan serta pemberdayaan berbasis potensi lokal. Program ini berlangsung mulai Desember 2024 hingga Oktober 2025.
Salah satu inovasi utama yang ditawarkan dalam program ini adalah penerapan konsep Agrivoltaic: Pemberdayaan Petani Balangjaya Berbasis Pompa Air Listrik Tenaga Surya dan Irigasi Sprinkler untuk Pengembangan Komoditas Jagung di Desa Bontomanai. Namun, untuk mewujudkan desa mandiri energi secara utuh, pendampingan juga diarahkan pada optimalisasi potensi desa.
Ketua Tim DEB Universitas Hasanuddin, Fajar Hidayat, menjelaskan bahwa pemilihan Desa Bontomanai bukan tanpa alasan.
“Desa Bontomanai memiliki potensi pertanian jagung yang besar, tetapi menghadapi kendala serius dalam irigasi dan kebutuhan energi. Di sisi lain, desa ini memiliki potensi energi surya dan kawasan pesisir yang dapat diperkuat melalui rehabilitasi mangrove. Kebutuhan dan potensi yang berjalan beriringan inilah yang menjadikan Bontomanai sangat relevan sebagai lokasi program,” ujarnya.
Hasil pemetaan sosial menunjukkan bahwa Kelompok Tani Balangjaya yang mengelola lahan jagung seluas 20,73 hektare masih bergantung pada pompa diesel untuk irigasi saat musim kemarau. Kapasitas pompa yang hanya mampu mengairi dua hektare dalam dua hari menyebabkan sebagian lahan baru mendapat giliran air setelah hampir seminggu. Akibatnya, tanaman jagung mengalami 5–6 hari tanpa penyiraman yang berdampak pada penurunan produktivitas dan risiko gagal panen.
Selain itu, penggunaan tiga pompa diesel yang menghabiskan sekitar 1.000 liter solar per bulan atau 6.000 liter per tahun menambah beban biaya petani serta menghasilkan emisi karbon yang tinggi.
Sebagai solusi, tim DEB Unhas membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 2,4 kWp dengan sistem baterai 4,8 kWh yang dalam beberapa bulan operasi telah menunjukkan hasil signifikan. Instalasi ini mampu menghasilkan sekitar 159 kWh listrik per tahun, memberikan potensi penghematan biaya sebesar Rp229.596 per tahun, dan menurunkan emisi karbon hingga 131,97 kg CO₂. Upaya energi bersih ini diperkuat dengan rehabilitasi pesisir melalui penanaman mangrove yang memiliki kapasitas serapan karbon sekitar 2.250 kg CO₂ per tahun. Secara keseluruhan, kombinasi energi surya dan penanaman mangrove di Desa Bontomanai berkontribusi terhadap reduksi emisi sekitar 2,38 ton CO₂ per tahun, sekaligus mendukung upaya mitigasi perubahan iklim di tingkat desa.
Selain menghadirkan energi bersih, tim DEB Unhas juga menggali potensi lokal untuk memperkuat keberlanjutan program. Limbah pertanian seperti tongkol jagung diolah menjadi briket ramah lingkungan melalui pembentukan UMKM Ekobriket Desa Bontomanai. Warga mendapat pendampingan dalam produksi, pengemasan, pemasaran, dan pengelolaan keuangan agar mampu mengembangkan usaha secara mandiri serta meningkatkan nilai ekonomi desa.
Kepala Desa Bontomanai, Muhammad Aris, S.Sos., menyampaikan apresiasinya terhadap langkah yang dilakukan tim DEB Unhas. Ia menilai bahwa program tersebut telah membawa dampak positif bagi masyarakat, tidak hanya melalui penerapan teknologi energi bersih, tetapi juga dengan membangun kemampuan warga dalam mengelola potensi desa. Menurutnya, manfaat program ini terasa langsung, terutama bagi para petani dan kelompok usaha baru yang mulai tumbuh berkat pendampingan dan pemberdayaan berkelanjutan.
Program DEB Universitas Hasanuddin di Desa Bontomanai menunjukkan bahwa integrasi energi terbarukan, penguatan kapasitas masyarakat, dan pemanfaatan potensi lokal dapat berjalan beriringan. Dengan keterlibatan aktif masyarakat serta pendampingan berkelanjutan, desa ini perlahan bergerak menuju kemandirian energi dan pengelolaan sumber daya yang lebih berkelanjutan.