Editor Hervin Al Jumari
Akademia Makassar—Gerakan Mahasiswa Unhas melalukan demonstrasi terkait kesejahteraan rakyat Indonesia yang diasumsikan semakin merosot. Aksi ini berlangsung di pintu 1 Unhas. Jumat, (15/3).
Aksi unjuk rasa ini menuntut beberapa hal terkait harapan untuk turunnya harga pangan, pembasmian oligarki, dan program pemerintah berupa food estate yang dirasa belum berdampak efektif bagi masyarakat.
Berdasarkan selembaran yang dibagikan oleh para demonstran, aksi ini tentunya berangkat dari masyarakat Indonesia yang dihadapkan pada persoalan kenaikan harga pangan. Berdasarkan data Badan Persoalan Pangan Nasional (Bapanas), rata-rata kenaikan harga pangan pokok strategis dalam 3 bulan awal di tahun 2024. Pangan utama seperti beras medium saja mengalami kenaikan yang cukup tinggi, pada bulan Januari berada di harga rata-rata nasional Rp 13.310/kg, hingga pada bulan Maret in menyentuh harga Rp 14.340/kg. Sedangkan beras premium pada bulan Januari berada di angka R 15.110/kg, dan pada bulan Maret menembus angka Rp 16.460/kg berdasarkan skala nasional.
Penyebab persoalan ini diasumsikan karena kerasukan industri berupa meningkatnya krisis iklim dan krisis pangan. Hal ini berimbas pada pemanasan global, perubahan iklim, dan peningkatan risiko bencana alam. Sektor pertanian, khususnya komoditas padi, dipengaruhi oleh perubahan iklim. Pergeseran musim hujan pada setiap tahun menyebabkan pergeseran musim tanam dan panen komoditi pangan (padi, palawija dan sayuran).
Kenaikan suhu udara akan berdampak pada penurunan produktivitas tanaman akibat peningkatan respirasi pada malam hari, serta peningkatan serangan hams dan penyakit tanaman. Bencana kekeringan dan banjir akibat perubahan iklim juga dapat menurunkan produksi pertanian bahkan gagal panen.
Tanah-tanah yang dikelola oleh masyarakat untuk menghasilkan pangan, khususnya beras, kerap mengalami perampasan tanah, seperti yang terjadi di Wadas, Takalar, Bulukumba, dan wilayah lainnya. Brutalitas ini telah terjadi selama puluhan tahun lamanya.
Selanjutnya perihal bantuan sosial dari pemerintah yang dirasa dilakukan dengan masif tak terkendali mengakibatkan ketidakseimbangan distribusi pangan. Keadaan in membuat Indonesia menjadi negara produsen beras dengan harga termahal dibandingkan dengan negara produsen beras lainnya.
Terakhir, semakin meningkatnya harga pangan, maka garis kemiskinan dan angka kemiskinan juga semakin meningkat. Dengan demikian, kenaikan harga pangan juga mengakibatkan penduduk miskin terjerumus ke dalam kelompok rawan pangan karena menurunnya konsumsi pangan.
Hervin Al Jumari
Leave a Reply