
Makassar, EBS FM Unhas — Seorang alumni Universitas Hasanuddin (Unhas), Mutiara Parindingan, yang baru saja menyelesaikan studi di Nanchang University, Tiongkok, mengalami kehilangan beberapa barang bawaannya di Bandara Internasional Kuala Lumpur 2 (KLIA2), Malaysia, Jumat (11/7).
Kejadian ini bermula ketika ia transit di Kuala Lumpur bersama tiga rekannya dalam perjalanan pulang ke Makassar, Indonesia. Akibat kesalahan estimasi dan antrean panjang di konter check-in W16, ia gagal melakukan check-in bagasi dan harus mencari tiket baru untuk penerbangan keesokan harinya.
Dalam proses tersebut, Mutiara menyusun tiga barang bawaannya (koper besar, koper kabin, dan ransel) di atas satu troli di area check-in. Ia kemudian pergi ke konter pengaduan AirAsia di X16 untuk mengurus tiket barunya dan mengantre cukup lama. Saat kembali ke lokasi semula, troli berisi barang-barangnya telah hilang.
Ia segera melapor ke Information Center dan Lost & Found, lalu diarahkan ke pihak kepolisian bandara. Setelah pemeriksaan awal, diketahui dari CCTV bahwa barang tersebut dibawa oleh dua orang, namun rekaman CCTV lengkap tidak diperlihatkan kepada Mutiara.
Dalam koper dan tas yang hilang tersebut terdapat sejumlah barang pribadi, oleh-oleh, dokumen penting, serta ijazah asli dari Nanchang University yang tidak dapat diterbitkan ulang. Mutiara telah berupaya melapor ke berbagai pihak, termasuk Lost & Found, kantor polisi bandara, hingga bagian Criminal Police, namun hasilnya masih belum menunjukkan titik terang.
Upaya komunikasi telah dilakukan sejak 12 Juli 2025 ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kuala Lumpur melalui surel dan media sosial, namun pihak KBRI menyatakan bahwa kehilangan tersebut berada di luar kewenangan mereka.
Pada saat yang sama, koordinasi juga terus dijalin dengan pihak Criminal Police Malaysia, meskipun hingga kini belum membuahkan hasil yang pasti. Dari pihak kampus di Tiongkok, hanya dapat diberikan surat keterangan lulus sebagai bentuk pengganti ijazah yang hilang.
Kini, setelah kembali ke Indonesia, Mutiara masih terus berusaha mencari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak untuk menemukan kembali dokumen dan barang berharganya.
Muhammad Ghiyas Gaspah