Editor Hervin Al Jumari

Makasssar, EBS FM – Retno Marsudi resmi ditunjuk sebagai Utusan Khusus Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk urusan air, menjadikannya tokoh Indonesia pertama yang dipercaya dalam peran penting ini. Penunjukan tersebut diumumkan pada Jumat, 13 September 2024, oleh Kementerian Luar Negeri RI melalui konferensi pers daring. Dalam jabatan ini, Retno diharapkan dapat memperkuat kerja sama global untuk menghadapi krisis air yang semakin mendesak, sekaligus berkontribusi pada tercapainya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) nomor 6, yang menekankan akses air bersih dan sanitasi bagi semua.

Retno menyatakan bahwa amanah ini merupakan kehormatan, tidak hanya bagi dirinya, tetapi juga bagi Indonesia. Ia mengakui bahwa dukungan dari Presiden Joko Widodo dan Presiden terpilih Prabowo Subianto turut memperkuat keputusannya untuk menerima tugas tersebut. Setelah menyelesaikan masa jabatannya sebagai Menteri Luar Negeri pada 1 November 2024, Retno akan segera memulai tugas barunya, berkolaborasi dengan berbagai organisasi internasional seperti UN-WATER untuk memimpin agenda global terkait isu air.

Penunjukan ini sejalan dengan rekam jejak Retno Marsudi yang cemerlang di bidang diplomasi. Mengawali karier pada 1986, ia telah menduduki berbagai posisi strategis, termasuk sebagai Duta Besar Indonesia untuk Norwegia, Islandia, dan Belanda. Retno juga mencatat sejarah sebagai perempuan pertama yang menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Indonesia. Selama kariernya, ia dikenal atas dedikasinya dalam memperjuangkan hak asasi manusia, perdamaian, dan diplomasi multilateral, menjadikannya salah satu diplomat paling berpengaruh di dunia internasional.

Dengan rekam jejak yang mengesankan tersebut, Retno Marsudi tidak hanya menjadi inspirasi bagi diplomat muda, khususnya perempuan, tetapi juga membuktikan bahwa perempuan dapat memainkan peran besar dalam membangun masa depan dunia. Pengalamannya dalam memimpin diplomasi Indonesia selama hampir empat dekade kini menjadi bekal kuat dalam menghadapi tantangan di PBB, termasuk memobilisasi sumber daya untuk menangani krisis air dunia yang semakin kompleks.

Mutiara Nur Parindingan